Selasa, 01 Juli 2008

Penelitian Kualitatif

>>Penelitian Kualitatif

A. Paradigma Penelitian Kualitatif

Paradigma penelitian kualitatif diantaranya diilhami falsafah rasionalisme yang menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna di balik fakta empiris sensual. Secara epistimologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar obyek yang diteliti tidak dilepaskan dari konteksnya; atau setidaknya obyek diteliti dengan fokus atau aksentuasi tertentu, tetapi tidak mengeliminasi konteksnya. Meminjam istilah Moleong (1989), penelitian kualitatif bertolak dari paradigma alamiah. Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa realitas empiris terjadi dalam suatu konteks sosio-kultural, saling terkait satu sama lain. Karena itu, setiap fenomena sosial harus diungkap secara holistik.

Penelitian kualitatif, karena menekankan pada keaslian, tidak bertolak dari teori secara deduktif (a priori) melainkan berangkat dari fakta sebagaimana adanya. Rangkaian fakta yang dikumpulkan, dikelompokkan, ditafsirkan, dan disajikan dapat menghasilkan teori. Karena itu, penelitian kualitatif tidak bertolak dari teori, tetapi menghasilkan teori, yang disebut grounded theory (teori dari dasar).

Penelitian kualitatif, menurut Moleong (1989), juga dapat dan seringkali tertarik untuk melihat hubungan sebab akibat. Penelitian kualitatif melihat hubungan sebab-akibat dalam suatu latar yang bersifat alamiah. Peneliti mengamati keaslian suatu gejala sosial. Kemudian dengan cermat ia menelusuri apakah fenomena tersebut mengakibatkan fenomena lain atau tidak; dan sejauh mana suatu fenomena sosial mengakibatkan terjadinya fenomena yang lain. Misalnya: peneliti mengamati keragaman perilaku yang menggambarkan ketaatan beragama. Ia mengamati dengan cermat adanya perbedaan perilaku antara mereka yang taat dengan mereka yang kurang taat beragama. Dalam pengamatan tersebut peneliti menemukan hubungan kausalitas ketaatan beragama dengan produktivitas. Kriteria ketaatan beragama tidak dirumuskan berdasarkan indikator-indikator teoritis yang sudah disiapkan peneliti. Ketaatan beragama yang bersifat konseptual dirumuskan sesuai realitas obyek penelitian. Karena itu, definisi konsep dan variabel dapat berubah sesuai realitas.

B. Pengertian Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.

C. Karakteristik Penelitian Kualitatif

Paradigma alamiah yang menjadi pegangan penelitian kualitatif melahirkan karakteristik metode yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Di antara unsur-unsur metode penting yang membedakan kedua jenis penelitian itu ialah:

satuan kajian, desain, instrumen, waktu pengumpulan dan analisis data.

`Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti:

a. Fenomenologi

b. Interaksionisme simbolik

c. Etnometodologi

Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemukan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.

Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis:

Paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang deterministik dan bebas konteks.

Dalam Interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai obyek studi. Di sini ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya

Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.

>> KARAKTERISTIK METODOLOGIS PENELITIAN KUALITATIF

Unsur-Unsur Metodologis:

a. Satuan kajian

b. Desain

c. Instrumen penelitian

d. Penetapan waktu peng-umpulan dan analisis data

Paradigma:

Ilmiah: 1. Variabel. Alamiah: 1. Pola-pola.

2. Pasti/baku. 2. Berubah-ubah.

3. Kertas, pinsil atau alat fisik lain. 3. Peneliti.

4. Sebelum penelitian. 4. Selama dan sesudah penelitian.

Sumber : Diolah dari Moleong, 1998: 16

D. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu:

1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).

2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara.

3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.

4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.

5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.

6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.

7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.

8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.

9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.

10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.

11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.

13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.

14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.

Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.

Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.

Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan:

a. Induksi analitis (Analytic Induction)

Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi.

b. Ekstrapolasi (Extrpolation).

ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian dari proses analisis itu dirumuskan suatu pernyataan teoritis.

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Secara umum sumber data penelitian kualitatif ialah tindakan dan perkataan manusia dalam suatu latar yang bersifat alamiah. Sumber data lainnya ialah bahan-bahan pustaka, seperti: dokumen, arsip, koran, majalah, jurnal ilmiah, buku, laporan tahunan, dan lain sebagainya. Data statistik yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka - seperti pertambahan jumlah penduduk, pertambahan jumlah umat beragama, pertambahan jumlah murid dalam sebuah pesantren - merupakan sumber yang dapat dipergunakan. Selain itu, foto dan video yang dapat menggambarkan suasana alamiah dapat menjadi sumber rujukan.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ialah: wawancara mendalam, riset partisipatif, pengamatan dan studi pustaka. Prinsipnya, teknik-teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan secara alamiah. Karena latar sangat penting dalam penelitian kualitatif, maka latar penelitian harus tergambarkan dengan gamblang.

Daftar Pustaka:

www.google.com

Perbaikan Nilai Metodologi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengertian Metodologi Penelitian

Di dalam metodologi penelitian hukum dibahas metode-metode yang merupakan pendekatan praktis dalam setiap penelitian ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi setiap penelitia mengetahui suatu peristiawa atau keadaan yang diinginkannya.

Penelitian dilakukan tidak lepas dari ilmu tentang ilmu yang sudah dicobadan diatur mrnueut aturan secara mnyeluruh dan sistematis.

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahn memerlukan metode khusus yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahannya.[1]

a. Secara Etimologi

Pengertian Metodologi secara etimologi adalah ilmu tentang metode. Sedangkan Penelitian secara etimologi adalah mencari kembali.

b. Secara Teminologi

Adapun pengertian terminologi Metodologi adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu, metodologi juga diartikan sebagai ilmu tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni keseluruahan sistem, metode, peraturan dan hipotesa yang dipakai dalam memahami permasalahan yang kompleks. Sedang Penelitian adalah suatu proses yang berupa suatu proses rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terancang dan sistematis untuk memperoleh pemecahan permasalahan atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Pada hakikatnya Penelitian merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsirannya secara benar, tetapi lebih dinamis lagi penelitian juga berfungsi dan bertujuan inventif, yakni terus menerus memperbaharui kesimpulan dan teori yang telah diterima ditemukan tanpa usaha penelitian seperti itu ilmu pengetahuan akan mandeg bahkan akan mengalami surut.

Metodologi Penelitian adalah pengkajian atau pemahaman tentang cara berfikir dan cara melaksanakan hasil berfikir menurut langkah-langkah ilmiah atau ilmu tentang metode yang mengkaji ulang suatu masalah. Sedangkan dengan pengulangan pengkajian tersebut terjadi Continius Learning dalam suatu bidang ilmu. Sebagai contoh: “Diresearch” Pendidikan Agama Islam, berarti suatu usaha terus menerus dalam mengkaji Pendidikan Agama Islam. Yang dengan cara demikian itu akan terjadi Continius Learning dalamnya.

Pengertian Penelitian Dalam Lingkup Agama Islam

Pengertian penelitian dalam lingkup Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai penelitian yang sistematis dan terkontrol, empiris, kritis, mengenai fenomena-fenomena pendidikan Agama Islam dengan dipandu oleh teori-teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang terdapat antara fenomena tersebut.

B. Fungsi Dan Kegunaan Penelitian Dalam Konteks Pengembangan ilmu Pengetahuan

Membincang Ilmu Pengetahuan

Secara garis besar ada dua pandangan mengenai ilmu pengetahuan: pertama, pandangan statis, yaitu pandangan yang banyak mempengaruhi mayoritas orang awam dan segelintir kalangan intelektual yang memandang bahwa ilmu pengetahuan merupakan sebuah kegiatan yang memberikan sumbangan sistematis kepada Dunia. Ilmu di pandang hanya sebagai penghimpun fakta.

Kedua, pandangan dinamis, yang beranggapan bahwa ilmu Pengetahuan merupakan suatu kegiatan yaitu hal-hal yang umumnya di lakukan oleh para ilmuwan. Sebagai sebuah dimensi pengetahuan Ilmu memiliki karakteristik sendiri, di mana Ilmu memiliki rasio untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-juga menjadi alur jalan pikiran yang logis dan konsisten dangan pengetahuan.

Berikut beberapa teks Kitab Suci (al-Qur’an), yang memberikan informasi terkait dengan pengetahuan, yang dengan kemampuan akalnya manusia mampu meneliti dan mengkaji teori-teori dasar tersebut.

Diantaranya:

Al-Qur’an Surat al-Ghaasyiyah ayat 17-20 yang artinya
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta itu diciptakan?. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?.”

Terjemahan dari ayat tersebut di atas menggambarkan sebuah fenomena di mana manusia dituntut untuk dapat memahaminya yang dalam hal ini meneliti untuk kemudian dapat mengetahui.

Fungsi Penelitian Dalam Konteks Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian dalam perkembangannya tentu sangat mambantu bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun fungsi penelitian dalam konteks pengembangan Ilmu Pengetahuan adalah:

a. Perluasan pemahaman sampai dapat mengambil sikap.

b. Menemukan dan menduduki wilayah-wilayah pengetahuan yang baru atau dengan kata lain invention, innovation, discoveries dan teknologi baru.

c. Pengembangan kebijakan bagi suatu institusi pemerintahan.

d. Evaluasi kebijakan, dalam hal ini sebuah penelitian merupakan alat bagi tahapan dan evaluasi suatu kebijakan.

Kegunaan Penelitian Dalam Konteks Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Sedangkan kegunaan penelitian dalam konteks ilmu pengetahuan diantaranya adalah:

a. Digunakan dalam rangka memecahkan masalah-masalah nyata yang berada di tengah-tengah masyarakat, untuk kemudian memanfaatkannya.

b. Kegunaan bagi perkembangan pribadi, artinya hasil penelitian mampu mengantarkan ke arah pendewasaan dan keluasan berfikir, aktualisasi berfikir dan sebagainya.

c. Manfaat bagi hidup sezaman, artinya hasil penelitian berguna bagi kehidupan pada masa itu.

d. Digunakan untuk menyusun ilmu pengetahuan ketika menemukan penelitian penemuan yang baru.

e. Dilakukan guna mengejar kebenaran ilmiah..

Kegunaan penelitian pula dimaksudkan untuk mendapatkan temuan lapangan yang dapat dimanfaatkan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan karena memiliki tujuan. Tujuannya adalah memecahkan permasalahan yang tergambar dalam latar belakang dan rumusan masalah. Tujuan penelitian dicapai melalui serangkaian metodologi penelitian. Oleh karenanya, tujuan penelitian yang baik adalah rumusannya oprasional dan tidak bertele-tele. Dari tujuan inilah, dapat diketahui metode dan tekhnik penelitian mana yang cocok untuk dipakai pada penelitian itu sebagai gambaran, beberapa rumusan tujuan penelitian menurut rumusan masalahnya yang penulis anggap baik

Contoh (skripsi)):

Rumusan Masalah:

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kegemaran mendengarkan musik dengan pengetahuan seni musik pada mahasiswa jurusan seni musik IKIP Bandung.

Tujuan Penelitian:

Ingin mengetahui seberapa besar hubungan yang ditunjukkan oleh kegemaran mendengarkan musik dengan pengetahuan seni musik pada mahasiswajurusan seni musik IKIP Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat umum atau khusus dari penelitian terhadap subjek dan objek lain yang sejenis dengan subjek dan objek penelitian. Misalnya bila yang diteliti itu tentang kesulitan-kesulitan belajar iswa, maka penelitian itu akan bermanfaat langsunga bagi siswa maupun guru untuk mendeteksi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya, sedangkan secara tidak langsung penelitian itu berguna bagi para pembuat kebijakan (misalnya kepala sekolah, perumus kurikulum dan lain-lain) dalam manyusun atau membuat keputusan tentang suatu program sekolah atau program pelajaran.[2]

Ada beberapa rumusan tentang sasaran atau tujuan penelitian:

a. Menginventarisasi data yang masih terpencar, baik yang bersifat implisit maupun eksplisit, dengan berusaha untuk merumuskan menjadi satu rumusan yang sistematis.

b. Menyempurnakan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga dapat diperoleh sintesis baru yang lebih aktual.

c. Mencari hingga memperoleh data baru dan kemudian memberi interpretasi baru, sehingga dapat memperjelas konsep dengan memberikan pemahaman baru yang lebih aktual.

d. Membuat dan merumuskan hingga memperoleh pemahaman pada masalah-masalah yang konkrit, aktual dan praktis.

e. Memperbaiki, memperbaharui dan menyempurnakan topik atau bidang yang menjadi objek penelitian dengan pendekatan metode baru.

Daftar Pustaka:

www.google.com

P. Joko Subagyo, S. H., Metode Penelitian; Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, (Jakarta; 2004)

Drs. M. Subana, M. Pd., Sudrajat, S. Pd., Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, (Bandung; cet. 1)



[1] P. Joko Subagyo, S. H., Metode Penelitian; Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, (Jakarta; 2004) hlm. 1

[2] Drs. M. Subana, M. Pd., Sudrajat, S. Pd., Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, (Bandung; cet. 1) hlm. 71